2 Bulan bersama Skripsi yang Crispy

 Hello.

Aku Mareella.


        Kalau kamu nemu tulisan ini, mungkin kamu lagi ngerjain skripsi, bingung cari ide atau lagi mengenang perjuangan pas nulis skripsi dulu? Kalau aku sih, mengenang perjuangan skripsiku 2023 yang lalu ya hehe. Oleh karena itu, aku ingin bercerita sedikit tentang kisahku di penghujung masa kuliah yang cukup menguras otak.

        Perjalanan skripsiku dimulai tahun 2022, namun sempat tidak tersentuh selama beberapa bulan. Saat itu, aku juga belum kembali ke kota di mana kampusku berada setelah kuliah daring masa pandemi, sehingga progres skripsi kurang lancar terlaporkan pada dosen pembimbing. Singkat cerita di penghujung tahun 2022, aku kembali ke sana dan dengan segera berkonsultasi dengan dosen pembimbing. Merupakan suatu anugerah bagiku mendapat dosen yang baik dan responsif. Setelah bertemu beliau di kampus sore itu, aku cukup down karena judul dan subjek penelitianku harus diubah. Perubahan itu tentunya tidak jauh dari topik yang ingin kubahas dalam skripsi, but still it made me sad karena kalau boleh jujur aku ingin cepat-cepat sidang. Siapa yang ga mau, ya kan? 

        Pulang dari kampus aku langsung mencari dan memesan tiket kereta api menuju salah satu kota di provinsi seberang.  Bukannya langsung mengerjakan skripsi, aku malah healing haha. Rasanya ingin menenangkan pikiran dan menyambut Natal serta tahun baru bersama teman sekolah (sebut saja J) yang sedang mengenyam pendidikan di sana. I really need fresh air sebelum bertempur dengan perintilan penelitian. Singkatnya aku berlibur dari pertengahan bulan Desember 2022 hingga awal Januari 2023. 

        Setelah kembali, aku benar-benar fokus mengerjakan skripsiku. Aku mulai dengan mencari data penelitian, kemudian bimbingan, lalu mencari/membuat akar permasalahan sesuai subjek penelitian yang baru. Setelah itu bimbingan lagi, revisi, olah data, revisi, hingga akhirnya aku tidak sanggup untuk bangun dari tempat tidur di minggu terakhir bulan Februari. 

Aku sakit. Kepalaku cenat-cenut seperti ingin pecah. 

Bagaimana tidak, yang aku lakukan sejak awal Januari hingga hari dimana aku tepar  adalah begadang. Setiap harinya aku bangun sekitar pukul 10 atau 11 pagi. Setelah itu aku memasak, makan, lalu mulai mengerjakan skripsi pukul 1 siang. Kemudian pada pukul 4 sore aku berolahraga di kamar kost bermodalkan instruktur dari YouTube. Aku berolahraga kurang lebih 1 jam. Setelah itu, aku mandi dan makan malam. Aku kembali mengerjakan skripsi sekitar pukul 7 atau 8 malam hingga waktu tak berbatas. Biasanya aku tidur pukul 3 atau 4 subuh. Rutinitasku berjalan seperti itu hingga pada akhirnya aku terkapar dan tidak mengerjakan skripsi selama beberapa hari. Dikarenakan aku tidak berkabar pada dosen pembimbing selama sakit, beliau kemudian menghubungiku.

        Sebelum sakit, aku sempat ke kampus untuk bimbingan terkait pengolahan data dengan suatu aplikasi statistik yang kurasa sesuai dengan bentuk dataku saat itu. Namun setelah diuji, dibolak-balik, hasilnya kurang memuaskan sehingga aku beralih ke aplikasi lain. Beruntunglah sebelum terkapar, aku telah menyelesaikan olah dataku. Hasilnya pun sudah kugabungkan dengan rapi dalam naskah skripsi. Saat itu, aku merasa sudah lebih sehat. Aku pun mengirimkan hasil olah dataku pada dospem dan langsung ditanggapi beliau dengan kalimat yang sukses membuatku berlinang air mata.  Dospem mengatakan agar aku menuntaskan skripsiku dan bersiap untuk daftar sidang. Ya Tuhan, akhirnya! Aku sangat bahagia.

Siapa yang tidak senang jika saat yang ditunggu-tunggu akhirnya akan segera tiba. Aku pun lebih semangat mengerjakan skripsi dengan menuntaskan kesimpulan. Saat itu sudah awal bulan Maret. Aku kembali ke kampus untuk bimbingan dan untungnya tidak ada revisi. Kemudian aku membuat bahan presentasi sesuai template yang telah disediakan fakultas untuk sidang skripsi. Batas pendaftaran sidang di kampusku adalah tanggal 16 setiap bulannya dan sidang skripsi akan diadakan di bulan depan setelah daftar. Oleh karena itu, aku mempersiapkan seluruh dokumen dan hal-hal yang diperlukan dengan segera, baik itu berbentuk soft file maupun hardcopy pada kantor tata usaha. Setelah mendaftar, aku mempersiapkan diri untuk meyambut sidang skripsi di bulan April.

        Persiapanku dimulai dengan mencari dan mempelajari prediksi pertanyaan sidang skripsi melalui channel YouTube Ibu Ira Mirawati, salah satu dosen Universitas Padjadjaran yang sering membuat konten edukasi khususnya skripsi di sosial media. Aku merangkum segala pertanyaan dan pembahasannya, kemudian pertanyaan-pertanyaan itu kujawab sesuai isi skripsiku. Aku juga berlatih untuk presentasi. Sebenarnya hal ini tidak jarang kulakukan saat masih aktif dalam kelas perkuliahan, namun segala sesuatu harus dipersiapkan, bukan? Apalagi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana yang sudah diperjuangkan bertahun-tahun. 

        Akhirnya jadwal sidang dipublikasikan. Hari yang ditunggu dan mendebarkan pun tiba. Saat itu aku sidang tanggal 12 April 2023 bersama 2 orang lainnya. Aku urutan kedua yang masuk ke ruang sidang saat itu. Di dalam ruangan terdapat 3 orang bapak dosen, diantaranya dospem skripsiku dan 2 orang dosen penguji. Aku mempresentasikan hasil penelitianku meskipun beberapa kali aku disanggah oleh dosen ketua penguji yang tiba-tiba melontarkan pertanyaan. Apa ga makin degdegan tuh? Meskipun begitu aku tetap menjawab dan melanjutkan presentasi hingga tuntas dengan tetap semangat.

Tibalah saatnya momen paling mendebarkan yaitu tanya jawab. Dosen penguji memberikanku pertanyaan diluar prediksi. Pertanyaan-pertanyaan yang telah kupelajari pada channel Ibu Ira tidak ada yang ditanyakan😭. Namun, apa yang diusahakan tidak pernah sia-sia. Meski pertanyaannya tidak plek-ketiplek sama, aku tetap menjawab sesuai pemahaman dan tentunya isi skripsiku. Belajar dengan pertanyaan-pertanyaan prediksi Ibu Ira membuatku makin menguasai penelitianku. Setelah tanya jawab yang durasinya seperti seumur hidup itu, aku keluar dari ruang sidang dengan lesu. Aku pesimis akan lulus. Aku duduk di sofa koridor depan ruang sidang bersama satu rekan (sebut saja Kak S) yang sudah diuji lebih dulu. Kami saling menguatkan padahal jauh di dalam lubuk hati mengatakan, "kayanya gue ga lulus deh." Aku pun mengambil ponsel di dalam tas dan ternyata ada pesan dari teman SMA (sebut saja N) yang mengatakan bahwa ia sedang menungguku di lobby kampus. Aku cukup terkejut karena yang kuberitahu tentang sidang ini hanya ibu, 2-3 teman kampus dan beberapa teman di luar kota, termasuk teman sekolah yang kuhampiri di provinsi seberang, J. Aku membalas pesan itu, menjelaskan bahwa aku belum bisa menemuinya dan meminta untuk tetap menunggu. Bukannya aku tidak mau berkabar pada teman-teman tentang sidangku, tapi kalau ga lulus kan nyesek ya bro.

        Sesi terakhir sidang skripsi hari itu ialah pengumuman kelulusan. Kami dipanggil secara bergantian untuk kembali masuk ke dalam ruangan sesuai urutan saat diuji. Kak S yang paling pertama diuji pun masuk. Tak lama kemudian, ia keluar dan menyuruhku masuk. Aku sudah pasrah. Aku berjalan ke dalam ruang sidang lalu duduk di depan tiga orang dosen. Entah mengapa aku sangat yakin jika aku tidak lulus. Dosen ketua penguji yang tak lain adalah dosen pengampuh mata kuliah seminarku mulai mengatakan sesuatu yang membuatku semakin pesimis. Namun, kalimat akhir yang diucapkan membuatku tak dapat menahan tangis, "kamu dinyatakan lulus dalam sidang skripsi."

Apa ga mau copot jantung gue? Dengan berlinang air mata, kuambil tisu di dalam tas yang kuletakkan di bawah kaki. Aku bahagia sekaligus kaget, tidak menyangka akan lulus. Aku menerima naskah skripsiku yang dipegang oleh dosen penguji. Di dalamnya terdapat lembaran revisi yang memuat poin-poin yang harus kuperbaiki. Revisi diberikan waktu maksimal satu bulan. Aku megucapkan terima kasih berkali-kali pada ketiga dosen dan salim sebelum keluar ruangan. Air mataku terus menetes. Di luar sudah banyak orang yang mendatangi/menunggu teman mereka yang juga sidang hari itu. Aku tidak peduli apakah mereka melihatku menangis atau tidak. Yang pasti aku segera menuju lift untuk turun ke lantai dasar. Aku menaiki lift dari lantai 3, lalu kemudian berhenti di lantai 2. Saat pintu terbuka, disitulah aku bertemu dengan Kak S. Ia masuk ke dalam lift dan kami bercerita tentang sidang hari itu. Kemudian ia mengatakan bahwa ia tidak lulus. Mendengar hal itu, aku menyemangati dan memberikan apresiasi atas kerja kerasnya. Lift terbuka menampakkan lobby. Kami berdua keluar lalu berpisah.

        Aku langsung menemui N yang menungguku. Kami kemudian beranjak ke kostku yang jaraknya dekat dengan kampus. Di sana aku mengambil hadiah yang telah dikirim ibu dan teman-temanku dari luar kota. Setelah itu, kami menuju ke sebuah outlet mie pedas di samping kampus untuk makan siang. Satu jam kemudian, aku dihubungi oleh teman kuliahku yang mengatakan bahwa sebentar lagi ia dan temanku yang lain (sebut saja R dan D) akan menuju kampus. Mereka tidak bisa langsung menemuiku sehabis sidang karena sedang menunaikan tugas menjadi student staff di perpustakaan kampus, yang mana mereka dapat meninggalkan perpustakaan setelah jam kerja selesai. Tidak menunggu lama, aku dan N langsung bergerak dari outlet mie. 

Sesampai di kampus, R dan D mengucapkan selamat padaku. Aku membalas dengan harapan agar mereka dapat sidang secepatnya dan mereka mengamini hal itu. Kami kemudian berfoto bersama. Setelah puas berfoto, kami berpisah. Aku dan N menghabiskan sore itu bersama. Setelah menyimpan hadiah-hadiah sidang, kami menuju warmindo di dekat kostku. Di sana kami memesan minum sembari bercerita banyak hal. Maklum, aku dan N jarang bertemu sejak lulus SMA, meski kami berkuliah di kota yang sama. 

        Tak terasa 2 jam berlalu. Kami memutuskan untuk beranjak dari warmindo. Waktu menunjukkan pukul 6 sore saat ojek online yang dipesan N datang menjemput. Setelah say bye bye dengan N, aku masuk ke dalam kost dan menuju ke lantai 2 di mana kamarku berada. Aku membuka ponsel dan sudah banyak pesan berisi ucapan selamat dari teman-teman. Dengan segera, aku menelepon ibu. Kami mengobrol singkat karena sebelumnya aku sudah mengirim pesan tentang kabar baik hari itu. Usai bertelepon, aku memutuskan untuk live di salah satu sosial media bersama J. Banyak teman yang mengucapkan selamat. Setelah chit-chat dengan penonton yang rata-rata adalah teman sekolah dan kuliah, aku pun menyudahinya. Aku mandi lalu beristirahat. Aku memutuskan kembali bertempur dengan revisi keesokan hari demi mengejar yudisium bulan itu.


Sekian kisahku memperjuangkan skripsi yang crispy. Renyah di akhir, panas di prosesnya. Digoreng dengan tekanan, dinikmati dengan senyuman aseek. 

Buat kamu yang masih berjuang dengan skripsi, semangat ya! Kedengarannya klise banget, tapi kalau ga punya semangat skripsinya ga bakal kelar-kelar, ga sih? Kamu juga harus punya tekad yang kuat dan fokus sama tujuan kamu buat sarjana. Kamu udah berjuang sejauh ini, masa mau mundur? Jangan ya. Kamu harus buktiin sama diri kamu sendiri kalau kamu bisa menghadapi dan melalui ini. Kalau aku bisa, kamu juga pasti bisa. 


        Nah, ini sedikit tips sesuai pengalamanku saat memperjuangkan skripsi tahun 2023 yang lalu, semoga bisa membantu ya.

1. Percaya diri. Mengerjakan skripsi itu tanggung jawab kamu sendiri. Ini bukan lagi mata kuliah dimana kamu bisa kolaborasi atau sekelompok dengan teman-teman. Kamu harus percaya kalau kamu mampu dan bisa mengerjakan dengan kemampuan yang kamu punya.

2. Jangan malu dan takut. Kalau kamu nge-stuck buat nulis skripsi, jangan pernah malu dan takut untuk hubungin dosen duluan buat diskusi masalah kamu. Ini juga berlaku kalau kamu sudah meninggalkan skripsimu berbulan-bulan. Tapi kan kamu enak, Mar, dospemmu baik. Iya sih, tapi tetap harus inisiatif ya. Kalau dosennya slow respon, kamu bisa nanya ke teman kamu yang sepilar.  Tapi jangan berharap 100% ke teman ya, mereka kan juga lagi berjuang buat diri mereka sendiri.

3. Aktif mencari. Ini juga masih berhubungan dengan poin sebelumnya. Kalau kamu bingung mau nulis apa, kamu bisa cari referensi sebanyak-banyaknya untuk memperdalam hal yang kamu angkat. Referensinya bisa dari buku, jurnal/penelitian di Google Scholar sampai skripsi kakak tingkat di website library kampus yang relevan dengan penelitian kamu. Untuk olah data, kamu bisa cari buku fisik/e-book yang mendukung dan sesuai jenis data penelitian. Terus kalau kamu bingung cara pakai software olah datanya, kamu bisa cari tutorial di YouTube.

4. Manajemen waktu. Kamu harus bisa bagi waktu nih, apalagi kalau kamu anak kost kaya aku. Harus banget bisa menentukan kapan kamu ngerjain skripsi, masak dan makan, olahraga, kapan bersih-bersih rumah/kost. Kalau mau main boleh, perlu juga biar ga stress ya kan. Tapi harus tetap sadar kalau prioritas kamu saat ini adalah skripsi. Kadang waktu 24 jam itu rasanya kurang ya wkwk. Kalau suntuk di rumah atau di kost, kamu bisa juga ngerjain skripsi di cafe, perpustakaan kampus atau tempat-tempat yang kamu suka.

5. Konsisten. Ini nih kadang yang paling susah. Ada aja godaannya, ya rebahanlah, scroll dan nonton video di sosial media dan lain-lain. Mungkin juga tiap lihat jam ngomongnya, "ah masih jam segini, nanti ajalah ngerjainnya." Ending-nya skripsi ga kesentuh tuh. Bisa juga sudah buka laptop malah dianggurin sampai baterainya habis. Tidak apa-apa kalau kamu hanya bisa mengetikkan beberapa kalimat, yang penting skripsimu selalu ada progres baru setiap harinya. 

6. Break your limit. Kamu harus berani keluar dari zona nyaman. Kamu boleh banget set target kapan mau sidang dan wisuda. Ini salah satu faktor aku bisa kelarin skripsi kurang lebih 2 bulan. Memang challenging, tapi tidak akan ada usaha yang mengkhianati hasil.

Itu dia tips yang bisa aku kasih. Semoga kamu yang masih berjuang menyelesaikan skripsi boleh tuntas secepatnya ya. Semoga gelar sarjana bisa segera melengkapi nama kamu. 

Aku kasih bonus foto-foto sidangku nih. Kamu pengen juga dong pasti punya foto dengan momen ga terlupakan kaya gini?






             Â© 2024 Mareella Florentine Tongli, Semua Hak Dilindungi Undang-Undang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Tahun Menciptakan Gaya: Catokan Gemmini 323

Tentang Saya

Uniknya Tanaman Negeriku